Peninggalan Kerajaan Banjar
Peninggalan Kerajaan Banjar – Kali ini yuksinau.co.id akan membahas mengenai peninggalan Kerajaan Banjar, tidak hanya itu kami juga akan membahas mengenai sejarah, nama-nama Raja, aspek kehidupan masyarakat, masa kejayaan, masa kemunduran, peninggalan, beserta penyebab runtuhnya Kerajaan Banjar. Simak ulasan lengkap nya di bawah ini.
Sisällysluettelo
Sejarah Kerajaan Banjar
Datangnya kerajaan Banjar yang dipengaruhi oleh Negara Daha pada masa itu ialah kerajaan yang berkuasa. Raja negara bagian Daha yaitu Maharaja Sukarama yang memberikan wasiat kepada Raden Samudera yang merupakan anak dari Putri Galuh Intan Sari dan ayahnya Manteri Jaya yang akan menggantikannya.
Dari perjanjian yang dibuat oleh Samudera guessing, sangat terancam oleh banyaknya putra Maharaja Sukarama yang menginginkan menjadi pengganti untuk ayahnya. Pada masalah ini, Pangeran Raden Samudera melarikan diri ke muara sungai Barito. Setelah kematian Maharaja, jabatan raja digantikan oleh Pangeran Mangkubumi dan kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Tumenggung.
Raden Samudera, bersembunyi di mulut Sungai Barito, dilindungi oleh sekelompok orang melayu yang masih tinggal di wilayah tersebut. Pada zaman masa melayu ini berkembang pesat ke kota Banjarmasin dikarenakan banyaknya pedagang yang singgah atau menetap.
Pada masa itu Raden Samudera melihat apakah Banjarmasin mempunyai potensi yang baik untuk melawan pusat kekuasaan Negara Daha. Pada masanya, kekuasaan Banjarmasin masih berdiri setelah orang melayu mengangkat Samudera sebagai kepala negara di wilayahnya.
Raja – Raja / Sultan Kerajaan Banjar
Di bawah ini adalah nama-nama para Raja atau dalam daerah Banjar pada waktu itu disebut dengan sultan mulai dari tahun 1952 yakni yang pimpin oleh Sultan Suriansyah sampai dengan tahun 2010 yang di pimpin oleh Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah.
No | Nama Sultan | Masa Kepemimpinan |
1 | Sultan Suriansyah. | 1520 s/d 1546 |
2 | Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah. | 1546 s/d 1570 |
3 | Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah. | 1570 s/d 1595 |
4 | Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I. | 1595 s/d 1641 |
5 | Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah. | 1641 s/d 1646 |
6 | Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah. | 1646 s/d 1660 |
7 | Sultan Ri’ayatullah bin Sultan Mustain Billah. | 1660 s/d 1663 |
8 | Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah | 1663 s/d 1679 |
9 | Sultan Agung/Pangeran Suria Nata (ke-2) bin Sultan Inayatullah. | 1663 s/d 1679 |
10 | Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah. | 1679 s/d 1700 |
11 | Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah/Tahlil-lullah. | 1700 s/d 1717 |
12 | Panembahan Kasuma Dilaga | 1717 s/d 1730 |
13 | Sultan il-Hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I. | 1730 s/d 1734 |
14 | Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I. | 1734 s/d 1759 |
15 | Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning. | 1759 s/d 1761 |
16 | Sunan Nata Alam (Pangeran Mangkubumi) bin Sultan Tamjidullah I. | 1761 s/d 1801 |
17 | Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II. | 1801 s/d 1825 |
18 | Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah. | 1825 s/d 1857 |
19 | Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam. | 1857 s/d 1859 |
20 | Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam | 1859 s/d 1862 |
21 | Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah. | 1862 |
22 | Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. | 1862 s/d 1905 |
23 | Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu’tamidullah. | 2010 |
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar
- Kehidupan Politik
Bentuk pemerintahan Banjar pada masa berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Yang merupakan konsekuensi logis pada masa kerajaan A bisa mendirikan kerajaan menggunakan bantuan Kerajaan B, jadi Kerajaan B ikut serta mempengaruhi bentuk dan berjalannya pemerintahan Kerajaan A.
Dari segi bentuk pemerintahan dibangun menurut adat Jawa, raja pada masa kepemimpinan nya tidaklah semurni (seabsolut) raja-raja jawa. Selain itu keturunan yang memiliki kekayaan juga mempengaruhi faktor yang menentukan terhadap kedudukan raja. Pada hakikatnya pemerintah bersifat aristokratis yang dimiliki oleh para bangsawan dimana raja sebagai simbol pemersatu belaka.
Sultan dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang memiliki kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Di bawah kekuasaan sultan ada Putera Mahkota yang dikenal dengan panggilan Sultan Muta. Putera Mahkota tidak memiliki jabatan tertentu melainkan pembantu Sultan. Di samping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan Mahkota yang terdiri dari kaum bangsawan dan Mangkubumi.
Mangkubumi merupakan pembantu sultan yang memiliki wewenang besar dalam kehidupan pemerintahan. Mangkubumi dalam pemerintahan diiringi menteri Panganan, Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi kemudian dibantu oleh 40 orang menteri Sikap. Pada setiap menteri Sikap memiliki pengikut sebanyak 100 ihmiset. Dalam lingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau petugas. Sebagai berikut:
- 50 orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan beraneka ragam tugas di istana.
- 40 orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi
- 40 orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu
- 50 orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
- 40 orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
- 40 orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
- 50 orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
- Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Pada masa zaman masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Lapisan paling atas ialah golongan penguasa yang merupakan ke dalam golongan minoritas. Golongan ini terdiri pada kaum bangsawan, keluarga raja.
Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang menyelesaikan masalah hukum keagamaan pada kerajaan. Lapisan paling bawah merupakan golongan yang mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan sebagai berikutnya.
Kemajuan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yang pesat pada abad ke-16 sampai dengan ke-17. Banjarmasin termasuk ke dalam kota dagang yang sangat besar untuk mencapai suatu tujuan kemakmuran kerajaan.
Kalimantan Selatan juga mempunyai perairan yang sangat strategis sebagai arus lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada sebagai komoditas ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Sen lisäksi, Kerajaan Banjar juga memiliki hasil besi dan logam. Industri logam dan besi ada di wilayah Negara. Kemampuan dan keahlian mencor logam meliputi perunggu, yang mampu menghasilkan berbagai barang-barang untuk di ekspor.
Pada masa ke-17 wilayah Negara dikenal dengan sebutan pembuatan kapal dan peralatan senjata seperti cangkul, kapak, golok dan lain-lain. Sementara, keahlian membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang sudah berkembang secara turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani. Selanjutnya terkenal juga sebagai usaha-usaha pertukangan meliputi tukang sira , tukang gergaji papan dan balok, dan lain sebagainya.
- Kehidupan Budaya
Penduduk Banjar memiliki 3 golongan. Pertama kelompok Banjar Muara (Suku Ngaju), kedua kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan yang ketiga kelompok Banjar Hulu (Suku Bukit).
Pada setiap kurun Sejarah, Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan sehingga bentuknya berbeda-beda dari masa ke masa. Maka ini juga bisa di sebut sebagai manifestasi dengan cara berpikir sekelompok penduduk di wilayah tersebut dalam masa tertentu.
Dalam sejarah peristiwa, bahwa masyarakat Banjar dimulai dari campuran budaya melayu dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, selanjutnya membentuk kerajaan Tanjung Pura dengan agama Buddha yang dianutnya. Kedua, campuran kebudayaan pertama dengan kebudayaan Jawa, di mana budaya Melayu, Maanyan, dan Bukit menjadi inti yang selanjutnya membentuk Kerajaan Negara Dipa dengan agama Buddha.
Ketiga merupakan panduan dengan menggunakan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan Negara Daha dengan agama Hindu. Ke empat di lanjutankan dari Kerajaan Daha dalam membentuk kerajaan Banjar Islam dari perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit. Dari perpaduan yang ke empat inilah akhirnya muncul kebudayaan yang ada dalam Kerajaan Banjar.
Masa Kejayaan Kerajaan Banjar
Pada zaman pemerintahan Sultan Mustain Billah merupakan pusat Kesultanan Banjar yang di alihkan ke Kayuwangi, Martapura. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17 yakni pada zaamn pemerintahan Sultan Saidullah (1637 – 1642), Sultan Mustain Billah (1595-1620) dan Sultan Inayatullah (1620-1637)
Pada saat Belanda datang dan menimbulkan kekacauan, Kesultanan Banjar mengalami penurunan atau kerugian. Akibat ibukota kerajaan dipindahkan ke Amuntai, selanjutnya ke Tambangan, dan Batang Banju. Seharusnya VOC sudah datang ke Banjar sejak tahun 1606 untuk meminta monopoli lada namun usaha mereka belum tercapai. Kemudian adanya kontrak yang sudah ditandatangani Belanda dan Syahbandar Kesultanan Banjar tahun 1635 perdagangan lada dimonopoli oleh Belanda. Setelah perjanjian di buat antara VOC dengan Sultan Martapura ditandatangani perlawanan terhadap Belanda menurun.
Masa Kemunduran Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar mengalami kemajuan sebagai pengaruh dari di hidupkan nya daerah kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, akan tetapi kedatangan bangsa asing di wilayah tersebut memunculkan perpecahan di bagian wilayah kerajaan.
Kedatangan pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang turun serta dalam urusan adat kerajaan merupakan bukti bahwa bangsa asing yang masuk dalam Kerajaan Banjar akan menimbulkan perpecahan di bagian wilayah kerajaan.
Peranan bangsa asing dalam urusan istana termasuk salah satu faktor penyebab utama meledaknya perang di antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Pada masa awal Kerajaan Banjar mempunyai hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, maka dengan ikut serta dalam mencampuri urusan pemerintah kolonial terhadap kerajaan yang mengakibatkan konflik hubungan antara kedua belah pihak pada akhirnya akan menyebabkan peperangan terhadap mempertahankan kekuasaan di daerah Kalimantan Selatan.
sejarah pertempuran tersebut juga dikenal sebagai (Perang Banjar). Peperangan Kerajaan Banjar berlangsung pada dua tahap, ke-1 berjalan sejak tahun 1859 s/d 1863, yang kemudian ke-2 berjalan sejak tahun 1863 s/d 1905. Pelawanan yang berjalan hingga setengah abad ini berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar.
Dengan di hancur nya perlawanan rakyat Banjar sejak tahun 1905, jadi hal tersebut di tandai dengan hancur nya era Kerajaan Banjar yang berdiri pada tahun 1520.
Peninggalan Kerajaan Banjar
Di bawah ini merupakan Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Banjar antara lain sebagai berikut:
1. Candi Agung Amuntai
Seharusnya, bangunan candi tidak didirikan pada zaman pemerintahan Banjar, akan tetapi kesultanan sudah didirikan. Candi ini didirikan pada tahun 740 yang lalu berada di daerah Amuntai yakni wilayah pimpinan kesultanan Banjar.
Demikian Candi ini tidak didirikan pada zaman pemerintahan Banjar tetapi candi ini harus berkaitan dengan Kerajaan Banjar, dengan melihat sejarah berdirinya Kesultanan Banjar.
2. Masjid Sultan Suriansyah
Bangunan Masjid didirikan pada zaman pemerintahan Sultan Suriansyah, yakni raja ke-1 yang merupakan pendiri Kerajaan Banjar, di daerah Banjarmasin, Kuin Utara, Banjarmasin Utara. Daerah ini terkenal dengan sebutan Banjar Lama, karena ibukota dari kesultanan Banjar yang ke-1.
Masjid yang berlokasi di Sungai Kuin yang mempunyai arsitektur bercorak banjar tradisional yang indah dan atapnya terpisah di antara bangunan utama. Masjid didirikan pada zaman sultan Suriansyah ini yakni masjid terlama ke-1 berdiri di Kalimantan selatan.
3. Pemakaman Raja Kesultanan Banjar
Tempat di makamkan nya raja yang memimpin kerajaan tersebut dengan sistem kesultanan sudah ada hingga detik ini atau sekarang yang serta merupakan bukti sejarah dari keberadaan kesultanan dan memiliki pengaruh pada penyebaran Islam di pulau Kalimantan selatan.
Raja-raja yang di makamkan di dalam komplek pemakaman ini yakni diantaranya merupakan Raja Mustain Billah, Raja Inayatullah dan Sultan Suriansyah beserta lainnya.
4. Perkakas Kerajaan
Bukti sejarah terdapat Kerajaan Banjar yang meliputi perabotan tersebut, maka tersimpan di dalam Museum Lambung Mangkurat yang terdiri dari berbagai macam sumber, alat yang di pergunakan oleh Kesultanan Banjar, Cap kerajaan dan perabotan yang lain sebagainya.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Banjar
Pada abad ke-19, Inggris mulai mengawasi Kalimantan setelah inggris melemparkan Belanda pada tahun 1809. 2 tahun selanjutnya, inggris menempatkan penduduk untuk Banjarmasin, Alexander Hare. Akan tetapi kekuasaannya tidak lama sebelum dibawa Belanda kembali.
Langkah selanjutnya dari sejarah Kalimantan Selatan dimulai dengan datangnya masyarakat melawan Belanda. Pangeran Antasari muncul sebagai pemimpin rakyat yang gagal. Pangeran Antasari meninggal pada tanggal 11-10-1862, kemudian cucu membentuk PEGUSTIAN sebagai tindak lanjutan dari Kerajaan Banjarmasin, pada akhirnya menghapuskan tentara Belanda Marsose Malay, pada masa Sultan Muhammad Seman yang menjadi pemimpinnya tewas dalam peperangan. Kalimantan Selatan setelah itu sudah sepenuhnya diperintah oleh Belanda
Demikianlah Pembahasan kami mengenai materi Peninggalan Kerajaan Banjar. Baca juga artikel lain nya mengenai Peninggalan Sejarah Kerajaan. Terima kasih sudah membaca dan mengunjungi kami semoga bermanfaat.
Muut artikkelit :
- Negara Berkembang di Benua Afrika
- Negara Maju Di Benua Amerika
- Negara Maju di Benua Afrika
- Euroopan mantereen kehittyneet maat
- Negara Maju Di Benua Asia
The post Peninggalan Kerajaan Banjar appeared first on YukSinau.co.id.